Kuliah adalah salah satu impian terbesar saya ketika saya masih duduk di bangku SMP. Impian tersebut semakin terbayang-bayang dalam benak saya ketika saya beranjak SMA. Di masa itu, saya seringkali membayangkan betapa indahnya dunia perkuliahan, dimana cara berpakaian boleh bebas, tidak ada lagi guru yang mengatur-atur gaya rambut saya, dan tidak ada lagi saat-saat di mana saya harus berpacu dengan waktu untuk menghindari pintu gerbang yang akan ditutup. Selain hal-hal tersebut, saya juga menyangka bahwa dunia perkuliahan itu tidak akan terlalu memusingkan, sebab apa yang akan saya pelajari kelak adalah ilmu tertentu yang bersifat spesifik, sehingga pikiran saya akan terfokus pada suatu bidang ilmu dan tidak bercabang ke mana-mana. Seperti itulah gambaran yang terbayangkan dalam benak saya mengenai dunia kuliah, betapa menyenangkan.
Waktu terus berlalu, sampai akhirnya tibalah saya pada suatu masa di mana saya telah dinyatakan lulus SMA serta harus memilih kampus yang akan menjadi tempat kuliah saya. Pikiran saya telah terlanjur senang dan bangga, sebab saya telah berhasil melalui masa-masa yang begitu menantang selama di SMA saya tercinta (SMAN 81 Jakarta) dan sekarang telah tiba saatnya di mana saya akan menggapai salah satu impian saya, yaitu mengecap nikmatnya bangku perkuliahan. Banyak tawaran yang menggiurkan dari kampus-kampus yang ada di sekitar saya, baik kampus negeri maupun swasta. Setelah melalui berbagai pertimbangan dari faktor biaya, jarak, kualitas kampus, spesifikasi jurusan, dan faktor-faktor lainnya, maka saya dan orang tua akhirnya sepakat memutuskan untuk memilih Universitas Gunadarma sebagai tempat kuliah saya serta memilih untuk menekuni bidang ilmu dalam jurusan Teknik Industri di universitas tersebut.
Masa-masa awal perkuliahan yang saya lalui di Gunadarma sepertinya mirip dengan apa yang dialami teman-teman saya yang berkuliah di kampus lain, bahkan sepertinya Masa Orientasi (PPS-PPT) yang saya alami di Gunadarma tampaknya tidak seberat apa yang dialami teman saya di kampus lain. Singkat cerita, Masa Orientasi (PPS-PPT) selesai dan saya ditempatkan di kelas 1ID03, di mana saya bertemu teman-teman yang serba unik dan menyenangkan. Seperti kebanyakan orang, adaptasi adalah proses yang cukup menyulitkan dan akan menentukan citra diri seseorang selama dia berada di dalam lingkungan tersebut, hal itu pun berlaku bagi saya. Saya adalah seseorang yang berkarakter ‘agak’ pendiam, hal ini pun cukup menjadi penghalang tersendiri bagi saya dalam bergaul dengan teman-teman sekelas. Setelah menjalani perkuliahan selama satu minggu, saya mulai bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan kelas saya dan mulai dekat dengan beberapa teman. Suatu hari (kira-kira setelah dua minggu menjalani perkuliahan), tiba-tiba saya dipilih oleh teman-teman sebagai ketua kelas (entah untuk berapa periode...?). Seperti pada berbagai tempat di tanah air, hukum voting (pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak) pasti berlaku. Hal inilah yang membuat saya tidak dapat menolak hasil keputusan teman-teman sekelas. Sesudah hari pemilihan tersebut, dunia perkuliahan yang ada dalam benak saya selama ini tiba-tiba berubah 180°. Ternyata, kuliah itu tidaklah sesantai yang saya bayangkan. Banyak tugas-tugas yang harus dipenuhi, baik tugas-tugas yang berasal dari dosen, maupun tugas-tugas yang berasal dari kewajiban saya sebagai ketua kelas. Memang, sebenarnya tugas saya sebagai ketua kelas tidaklah begitu berat, seperti mengkoordinasi kelas dalam berbagai hal atau mempublikasikan hal-hal penting kepada teman-teman sekelas, namun di dalam setiap tugas-tugas tersebut sesungguhnya dituntut tanggung jawab dan rasa peduli dari diri saya demi kepentingan teman-teman sekelas.
Dunia perkuliahan yang saya jalani selama semester pertama ternyata cukup berat dan tidak sesuai dengan khayalan saya selama ini. Meskipun demikian, terdapat berbagai hal dan peristiwa yang berkesan bagi saya. Hal-hal yang berkesan tersebut cukup menghibur saya di tengah-tengah kejenuhan yang sempat saya alami. Setelah melalui semester pertama, saya baru menyadari bahwa ternyata segala kesulitan yang saya alami selama ini cukup banyak memberikan manfaat bagi saya. Manfaat tersebut antara lain :
a. Mengasah kemampuan saya dalam memimpin sekelompok orang.
b. Melatih saya sebagai seseorang yang peka dan peduli terhadap lingkungan sekitar.
c. Mengajarkan saya untuk tetap bersikap benar meskipun kenyataan yang saya alami tidak sesuai dengan harapan.
d. Membuat saya paham akan makna solidaritas yang sebenarnya (bukan solidaritas yang salah dan tidak bertanggung jawab).
Perkuliahan selama semester pertama bagi saya tidaklah seberat perkuliahan di semester kedua yang sedang saya alami saat ini (meskipun masa-masa sulitnya saat ini telah berlalu). Semester kedua merupakan masa di mana sangat banyak tugas yang harus dikumpulkan dalam waktu yang relatif cepat bagi saya. Tugas yang benar-benar berkesan adalah pembuatan Bendel (Laporan Akhir Praktikum Statistika Industri 1). Tugas yang satu ini sangat berkesan bagi saya dan teman-teman di 1ID03 karena perjuangan yang telah kami lalui bersama cukup berat, banyak pengorbanan yang telah diberikan demi terwujudnya Bendel tersebut. Proses pembuatan Bendel yang berat sesungguhnya memberikan makna tersendiri bagi kelas kami. Makna tersebut adalah semakin terasahnya kekompakkan kelas kami dalam menghadapi masa sulit bersama-sama. Di masa tersebut juga terjalin rasa saling mempercayai satu sama lain yang selanjutnya melahirkan solidaritas yang lebih tinggi lagi di antara sesama teman sejurusan, khususnya antar teman-teman sekelas. Begitu banyak manfaat dan makna di balik setiap masa sulit yang saya tempuh. Ketidaksesuaian antara khayalan saya selama ini tentang dunia perkuliahan dengan kenyataan yang terjadi dalam dunia perkuliahan sesungguhnya, sekarang dapat saya maknai sebagai suatu kenyataan yang harus saya tempuh sekalipun berat dan menuntut banyak pengorbanan. Saya merasakan kepuasan tersendiri setelah saya berhasil menuntaskan tugas-tugas berat tersebut. Saat ini, saya memutuskan untuk mulai bersikap positif dalam menjawab segala tantangan perkuliahan selama 3 tahun ke depan. Saya jadi teringat akan dua pepatah klasik yang mengatakan “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian” dan “Hidup adalah perjuangan”. Saya menyadari bahwa setiap tantangan yang saya hadapi dalam dunia perkuliahan, meskipun itu berat, namun pasti kelak suatu hari nanti akan kembali mendatangkan manfaat bagi saya sendiri. Makna lainnya yang saya ambil sebagai salah satu pedoman hidup saya juga dicerminkan seperti pepatah yang ke-2, selama saya masih hidup, maka saya harus terus berjuang untuk menjawab tuntutan zaman, berjuang untuk meraih impian saya, berjuang demi masa depan saya.
Waktu terus berlalu, sampai akhirnya tibalah saya pada suatu masa di mana saya telah dinyatakan lulus SMA serta harus memilih kampus yang akan menjadi tempat kuliah saya. Pikiran saya telah terlanjur senang dan bangga, sebab saya telah berhasil melalui masa-masa yang begitu menantang selama di SMA saya tercinta (SMAN 81 Jakarta) dan sekarang telah tiba saatnya di mana saya akan menggapai salah satu impian saya, yaitu mengecap nikmatnya bangku perkuliahan. Banyak tawaran yang menggiurkan dari kampus-kampus yang ada di sekitar saya, baik kampus negeri maupun swasta. Setelah melalui berbagai pertimbangan dari faktor biaya, jarak, kualitas kampus, spesifikasi jurusan, dan faktor-faktor lainnya, maka saya dan orang tua akhirnya sepakat memutuskan untuk memilih Universitas Gunadarma sebagai tempat kuliah saya serta memilih untuk menekuni bidang ilmu dalam jurusan Teknik Industri di universitas tersebut.
Masa-masa awal perkuliahan yang saya lalui di Gunadarma sepertinya mirip dengan apa yang dialami teman-teman saya yang berkuliah di kampus lain, bahkan sepertinya Masa Orientasi (PPS-PPT) yang saya alami di Gunadarma tampaknya tidak seberat apa yang dialami teman saya di kampus lain. Singkat cerita, Masa Orientasi (PPS-PPT) selesai dan saya ditempatkan di kelas 1ID03, di mana saya bertemu teman-teman yang serba unik dan menyenangkan. Seperti kebanyakan orang, adaptasi adalah proses yang cukup menyulitkan dan akan menentukan citra diri seseorang selama dia berada di dalam lingkungan tersebut, hal itu pun berlaku bagi saya. Saya adalah seseorang yang berkarakter ‘agak’ pendiam, hal ini pun cukup menjadi penghalang tersendiri bagi saya dalam bergaul dengan teman-teman sekelas. Setelah menjalani perkuliahan selama satu minggu, saya mulai bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan kelas saya dan mulai dekat dengan beberapa teman. Suatu hari (kira-kira setelah dua minggu menjalani perkuliahan), tiba-tiba saya dipilih oleh teman-teman sebagai ketua kelas (entah untuk berapa periode...?). Seperti pada berbagai tempat di tanah air, hukum voting (pengambilan keputusan berdasarkan suara terbanyak) pasti berlaku. Hal inilah yang membuat saya tidak dapat menolak hasil keputusan teman-teman sekelas. Sesudah hari pemilihan tersebut, dunia perkuliahan yang ada dalam benak saya selama ini tiba-tiba berubah 180°. Ternyata, kuliah itu tidaklah sesantai yang saya bayangkan. Banyak tugas-tugas yang harus dipenuhi, baik tugas-tugas yang berasal dari dosen, maupun tugas-tugas yang berasal dari kewajiban saya sebagai ketua kelas. Memang, sebenarnya tugas saya sebagai ketua kelas tidaklah begitu berat, seperti mengkoordinasi kelas dalam berbagai hal atau mempublikasikan hal-hal penting kepada teman-teman sekelas, namun di dalam setiap tugas-tugas tersebut sesungguhnya dituntut tanggung jawab dan rasa peduli dari diri saya demi kepentingan teman-teman sekelas.
Dunia perkuliahan yang saya jalani selama semester pertama ternyata cukup berat dan tidak sesuai dengan khayalan saya selama ini. Meskipun demikian, terdapat berbagai hal dan peristiwa yang berkesan bagi saya. Hal-hal yang berkesan tersebut cukup menghibur saya di tengah-tengah kejenuhan yang sempat saya alami. Setelah melalui semester pertama, saya baru menyadari bahwa ternyata segala kesulitan yang saya alami selama ini cukup banyak memberikan manfaat bagi saya. Manfaat tersebut antara lain :
a. Mengasah kemampuan saya dalam memimpin sekelompok orang.
b. Melatih saya sebagai seseorang yang peka dan peduli terhadap lingkungan sekitar.
c. Mengajarkan saya untuk tetap bersikap benar meskipun kenyataan yang saya alami tidak sesuai dengan harapan.
d. Membuat saya paham akan makna solidaritas yang sebenarnya (bukan solidaritas yang salah dan tidak bertanggung jawab).
Perkuliahan selama semester pertama bagi saya tidaklah seberat perkuliahan di semester kedua yang sedang saya alami saat ini (meskipun masa-masa sulitnya saat ini telah berlalu). Semester kedua merupakan masa di mana sangat banyak tugas yang harus dikumpulkan dalam waktu yang relatif cepat bagi saya. Tugas yang benar-benar berkesan adalah pembuatan Bendel (Laporan Akhir Praktikum Statistika Industri 1). Tugas yang satu ini sangat berkesan bagi saya dan teman-teman di 1ID03 karena perjuangan yang telah kami lalui bersama cukup berat, banyak pengorbanan yang telah diberikan demi terwujudnya Bendel tersebut. Proses pembuatan Bendel yang berat sesungguhnya memberikan makna tersendiri bagi kelas kami. Makna tersebut adalah semakin terasahnya kekompakkan kelas kami dalam menghadapi masa sulit bersama-sama. Di masa tersebut juga terjalin rasa saling mempercayai satu sama lain yang selanjutnya melahirkan solidaritas yang lebih tinggi lagi di antara sesama teman sejurusan, khususnya antar teman-teman sekelas. Begitu banyak manfaat dan makna di balik setiap masa sulit yang saya tempuh. Ketidaksesuaian antara khayalan saya selama ini tentang dunia perkuliahan dengan kenyataan yang terjadi dalam dunia perkuliahan sesungguhnya, sekarang dapat saya maknai sebagai suatu kenyataan yang harus saya tempuh sekalipun berat dan menuntut banyak pengorbanan. Saya merasakan kepuasan tersendiri setelah saya berhasil menuntaskan tugas-tugas berat tersebut. Saat ini, saya memutuskan untuk mulai bersikap positif dalam menjawab segala tantangan perkuliahan selama 3 tahun ke depan. Saya jadi teringat akan dua pepatah klasik yang mengatakan “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian” dan “Hidup adalah perjuangan”. Saya menyadari bahwa setiap tantangan yang saya hadapi dalam dunia perkuliahan, meskipun itu berat, namun pasti kelak suatu hari nanti akan kembali mendatangkan manfaat bagi saya sendiri. Makna lainnya yang saya ambil sebagai salah satu pedoman hidup saya juga dicerminkan seperti pepatah yang ke-2, selama saya masih hidup, maka saya harus terus berjuang untuk menjawab tuntutan zaman, berjuang untuk meraih impian saya, berjuang demi masa depan saya.
Sekian kisah perjalanan singkat saya di dunia perkuliahan yang baru semester kedua ini, semoga kisah saya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi para mahasiswa yang mulai merasa jenuh dengan dunia perkuliahan. Hati boleh jenuh, namun jangan sampai semangat dalam menggali ilmu menjadi padam.
Penulis: Jack Joe
solid ya , andaikan aku bisa memiliki kisah kuliah seperti itu mgkin aku akan merasakan bahagia seperti mu
ReplyDeletesolid ya , andaikan aku bisa memiliki kisah kuliah seperti itu mgkin aku akan merasakan bahagia seperti mu
ReplyDeleteWah keren ya bro Joe perjalanannya, pasti sekarang sudah lulus kan. aku juga masuk semester akhir nih di tempat kuliahku. jangan lupa mampir blog ku juga ya untuk baca sejenak :)
ReplyDeletePengalamannya keren dan sungguh bermanfaat Kak. sukses terussss :)
ReplyDeletebagus artikelnya
ReplyDeleteTerima kasih sudah berbagi cerita kk😁
ReplyDeletethanks for sharing
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete